Langsung ke konten utama

Postingan

Ketika Ombo Ingin Masuk Surga

                         Sore-sore Ombo berniat untuk bertemu dengan Gus Abrit di   masjid, kebetulan juga Ombo sudah menyiapkan kata-kata yang ingin disampaikannya pada Gus Abrit, yang kata-kata ini sebenarnya sudah lama ingin disampaikannya namun ia malu.             Masjid sore itu memang cukup ramai dengan anak-anak kecil yang   mengaji, dan Gus Abrit biasanya duduk-duduk di sekitaran situ, sambil membawa tasbih dan terkadang berpindah ke lapangan masjid untuk berbagi butir-butir gula dengan semut-semut yang ada.             “Guss….”             “ Woh iyooo ….,   ada perlu apa booo sore-sore ?             “saya mau bicara Gus ..”, sambil sikap malu-malu             Gus Abrit meminta Ombo untuk duduk di sebelahnya, lalu meminta Ombo untuk mengambilkan bantal kayu yang biasanya dipakai tidur.                     “ Monggo , mau bicara apa kamu ?,   Gus Abrit sambil rebahan dan menyandarkan kepalanya ke bantal kayu lalu terpejam.             “Guss… doakan saya agar bisa m
Postingan terbaru

Anthropologi Kewalian (1)

               Wali secara bahasa berakar pada bahasa Arab Waliyun yang berarti orang saleh yang ketaatannya terus-menerus kepada Allah, tanpa diselang-selingi oleh perbuatan maksiat, lalu menurut Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani dalam kitabnya Jaami’u Karaamatil Aulia , menjelaskan bahwa secara bahasa Wali artinya dekat. Dalam Al Qur’an Surat Yunus ayat 62-63 juga disampaikan, “Ingatlah, sesungguhnya Wali-wali Allah itu tiada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa”, tafsir dari ayat tersebut turut memperjelas bahwa, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali (kekasih-kekasih ) Allah, tidak ada ketakutan pada mereka di akhirat dari siksaan Allah dan mereka pun tidak bersedih atas kesenangan-kesenangan dunia yang terluput mereka dapatkan (ayat 62), Dan sifat-sifat wali-wali (kekasih-kekasih) Allah itu bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul Nya, dan risalah yang dibawanya

Kandangan : Nama dan Asal-Usulnya

              Kandangan merupakan sebuah kelurahan atau desa yang berada di Kecamatan Benowo, Surabaya. Kandangan   secara   wilayah   berbatasan dengan Klakahrejo (barat), Banjarsugihan (timur),   Tambak Langon (utara),   Bringin (selatan). Kandangan secara administrasi daerah mempunyai 7 Ketua RW, 41 Ketua RT, lalu lahan yang ada di Kandangan selain digunakan untuk kawasan pemukiman warga juga dipakai untuk sekolahan, pasar, perkantoran, dan sebagiannya lagi berwujud tambak serta persawahan. Kandangan sebagai bagian dari wilayah Kota Surabaya mempunyai jejak-jejak sejarah yang patut untuk kita ketahui, dan   kita berharap masyarakat Kandangan tetap mampu menjaga identitasnya dengan terus merawat cerita-cerita leluhur yang disampaikan dari generasi ke generasi, serta melestarikan peninggalan-peninggalan arkeologi/ sejarah yang selama ini ada di tengah masyarakat. Nama Kandangan Berdasarkan riwayat sejarah yang dituturkan salah satu warga Kandangan diceritakan bahwa Kandangan merup

Belung : Nama dan Asal-Usulnya

        Belung adalah sebuah nama dusun yang berada di wilayah Desa Kawedusan, Kec.Plosoklaten, Kediri. Belung secara akar nama dan asal-usulnya juga perlu kita cari tahu bersama, agar kita bisa semakin mengenali tentang “tanah air” yang telah menjadi lokasi hidup kita selama ini. Belung seperti nama-nama daerah di wilayah yang lain, pastinya punya riwayat sehingga akhirnya bisa muncul sebagai sebuah nama dusun, dan dalam proses penelitian yang dilakukan oleh Iman Budhi Santosa, beliau menyampaikan bahwa nama-nama desa di Jawa banyak yang menggunakan nama-nama tumbuhan, dan itu bukan kebetulan. Karena orang-orang Jawa hakikatnya telah lama mempunyai hubungan spiritual yang rekat dengan tumbuhan. Dalam tafsir orang Jawa, tumbuhan adalah lambang kekuatan, kesabaran, kejujuran, keikhlasan, kesetiaan yang dianut dan didambakan.             Pada wilayah eks Karisedenan Kediri juga banyak nama desa dan kelurahan yang asalnya dari tumbuh-tumbuhan, diantaranya ialah Desa Ngasem , Kec

Belung-Mangir : Catatan-Catatan Seputar Ki Ageng Mangir

            Belung adalah kawasan bersejarah, hal itu tepat untuk dikatakan karena dusun ini mempunyai banyak peninggalan arkeologi yang bisa dipelajari. Belung juga menjadi saksi tentang dinamika sosial-politik dari zaman ke zaman, mulai dari zaman Kesultanan Mataram Islam, Proyek Industri Pemerintah Belanda, Kemerdekaan Indonesia, Agresi Belanda di Tanah Jawa, hingga Peristiwa PKI. Belung akan menghantarkan kita pada sebuah arus sejarah yang besar, yang patut dipelajari sebagai sebuah pengetahuan dan kebijaksanaan bagi generasi millenial.             Belung seperti pada tulisan sebelumnya, telah kita ketahui bersama bahwa di wilayah Belung Wetan (Timur) yang tepatnya berada di daerah Tiru Kidul terdapat makam tokoh besar yang dikenal dengan sebutan Mbah Ageng, dan menurut riwayat dari Mbah Katinem (Juru Kunci Makam Eyang Sri Aji Joyoboyo), tokoh yang dimakamkan tersebut adalah Eyang Mangir atau bisa kita sebut sebagai Ki Ageng Mangir. Maka berangkat dari pengetahuan lokal t

Belung : Di antara Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Jayasanaka

           Belung secara wilayah berada di Desa Kawedusan, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Belung termasuk dusun yang fokus masyarakatnya pada bidang pertanian, hal ini bisa kita lihat dari aktivitas rutin masyarakatnya yang mayoritas selalu pergi ke sawah di tiap pagi dan kembali ke rumah pada siang hari, dan terkadang pada sorenya masih harus ke sawah untuk mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan pertanian. Selain itu dalam sudut pandang sosiologi pedesaan, Belung tergolong daerah yang sangat menjaga ikatan kekeluargaan ( familisme ). Hal ini bisa kita temukan saat momen Hari Raya Idul Fitri maupun acara besar kekeluargaan, dan salah satu acara besar tersebut adalah Haul Mbah Kyai Hasan Murowi. Tentang Mbah Kyai Hasan Murowi menurut riwayat yang disampaikan oleh tokoh-tokoh masyarakat, beliau adalah seorang pimpinan dari prajurit Pangeran Diponegoro yang menyelamatkan diri dari serbuan pasukan Belanda hingga akhirnya sampai di Belung.   Saat di Belung, bel

Fiqh Ekologi : Kelestarian dan Kepunahan Hewan-Hewan Dilindungi

Permasalahan : Sejak dulu hingga hari ini, kehidupan hewan-hewan yang ada di alam liar semakin terancam punah. Kita bisa ketahui seperti Harimau Jawa yang saat ini sudah punah , dan sepertinya akan menyusul kemudian Harimau Sumatra, Gajah Sumatra, maupun Orang Hutan yang saat ini tetap menjadi buruan banyak orang. Padahal secara undang-undang , semua hewan tersebut termasuk yang dilindungi. Dan seringkali hewan-hewan yang dilindungi tersebut, ditemukan dalam keadaan yang mengenaskan dan sudah tak bernyawa. Pertanyaan : 1. Bagaimanakah sebenarnya hukum berburu hewan yang dilindungi ? 2.Bagaimanakah hukumnya ketika ada orang yang menyakiti hewan ? Penjelasan : 1.Berkaitan dengan berburu, pada dasarnya dalam hukum Islam diperbolehkan dengan beberapa syarat yang memang harus dipenuhi, diantara syaratnya ditujukan kepada orang-orang yang berburu. Dalam syarat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang yang berburu tidak boleh bermain-main, sehingga hewan