Langsung ke konten utama

Fiqh Millenial : Saat Kita Asyik Bercanda








Permasalahan :

Kita tahu bersama bahwa saat anak-anak muda berkumpul, maka salah satu hal yang sering kali dilakukan adalah bercanda, entah itu di kantin, kelas, café maupun musholla. Berawal dari bercanda akhirnya memunculkan hal-hal yang buruk khususnya dalam tertawa dan berkata. Sehingga terkadang  menjadi sebuah perkelahian.

Pertanyaan :

Bagaimanakah sebenarnya aturan dalam tertawa dan berkata menurut Islam ?

Penjelasan :

Islam adalah agama yang menghargai fitrah manusia, dan Islam mengajarkan agar manusia mampu mengelolah fitrahnya secara baik, secara wajar sesuai dengan aturan agama. Dan terkait dengan perilaku bercanda pada dasarnya tidak ada larangan dalam Islam. Karena bercanda termasuk cara menghibur diri dan membuat hidup menjadi lebih bahagia.

Rasulullah Shallawlahhu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

“Demi Zat yang diriku dalam kekuasaannya!, Sesungguhnya andaikata kamu disiplin terhadap apa yang pernah kamu dengar ketika bersama aku dan juga tekun dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan bersamamu di tempat tidurmu dan di jalan-jalanmu. Tetapi  hai Handhalah, Saa’atan, Saa’atan!! ( Berguraulah sekedarnya saja!) . Diulanginya ucapan itu sampai tiga kali .” (Riwayat Muslim)

Berlandaskan pada hadist tersebut, kita bisa memahami bahwa bergurau, bercanda adalah sesuatu yang termasuk dianjurkan dalam kehidupan kita. Maka terkait dengan tradisi tertawa dan berkata-kata yang muncul saat momen bercanda haruslah bisa dikontrol sehingga tidak menjadi sebuah keburukan. Jangan sampai dalam bercanda membuat sakit hati orang lain, merendahkan orang lain, menistakan agama dan menjadi forum maksiat.

Rasulullah Muhammad Shallawlahhu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

“ Banyak tertawa itu, bisa mematikan hati”

“ Barangsiapa yang banyak tertawa di dunia, maka dia banyak menangis di akhirat kelak”

Rasulullah Muhammad Shallawlahhu ‘Alaihi wa Sallam juga mengingatkan pada kita agar senantiasa menjaga lisan, melalui sabdanya,

“ Bukankah banyak manusia yang terjerumus ke dalam api neraka hanya akibat lisannya ? ”

“ Barangsiapa banyak bicara, maka banyak dosanya, Barangsiapa yang banyak dosanya, maka yang paling layak baginya adalah api neraka”

“ Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, berkatalah yang baik atau sebaiknyya diam saja”

Berdasarkan hadits-hadits yang telah dijelaskan, mari kita sama-sama bisa menjaga diri, baik saat bercanda, tertawa, dan berkata-kata. Jangan sampai berlebihan dan mendatangkan keburukan.

Rujukan Kitab :

Halal-Haram, Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi
Lubabul Hadits, Al Imam Jalaluddin bin Kamaluddin As-Suyuthi
Kitaabul Arba’iin Fii Ushuliddin, Imam Al-Ghazali

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kandangan : Nama dan Asal-Usulnya

              Kandangan merupakan sebuah kelurahan atau desa yang berada di Kecamatan Benowo, Surabaya. Kandangan   secara   wilayah   berbatasan dengan Klakahrejo (barat), Banjarsugihan (timur),   Tambak Langon (utara),   Bringin (selatan). Kandangan secara administrasi daerah mempunyai 7 Ketua RW, 41 Ketua RT, lalu lahan yang ada di Kandangan selain digunakan untuk kawasan pemukiman warga juga dipakai untuk sekolahan, pasar, perkantoran, dan sebagiannya lagi berwujud tambak serta persawahan. Kandangan sebagai bagian dari wilayah Kota Surabaya mempunyai jejak-jejak sejarah yang patut untuk kita ketahui, dan   kita berharap masyarakat Kandangan tetap mampu menjaga identitasnya dengan terus merawat cerita-cerita leluhur yang disampaikan dari generasi ke generasi, serta melestarikan peninggalan-peninggalan arkeologi/ sejarah yang selama ini ada di tengah masyarakat. Nama Kandangan Berdasarkan riwayat sejarah yang di...

Ketika Seorang Anak Bertanya Pada Sang Ayah : “Kenapa ayah baca buku ?”

              Malam belum sepenuhnya utuh, magrib baru saja berlalu, Faqih berdiri mengamati sang ayah yang baru saja selesai membaca Ratib Al Haddad , yang kemudian berjalan ke perpustakaan keluarga lalu mengambil salah satu buku untuk dibaca, kebetulan buku yang diambil berjudul History of Genghis Khan karya John Man, lantas Faqih berjalan mendekat pada sang ayah lalu berkata setengah berbisik , “Kenapa ayah baca buku ?”, mendengar pertanyaan tersebut sang ayah tersenyum sambil melihat anak laki-lakinya, dan baginya ini bukan pertanyaan sederhana, ini bukan pertanyaan biasa, menurutnya ini pertanyaan peradaban yang akan membawa pada perenungan yang panjang.             Sang ayah agak bingung harus menjawab bagaimana, lalu sambil memandang anaknya sang ayah menjawab, “ Ayah baca buku karena ayah suka buku ..”, sebuah jawaban   untuk seorang anak umur empat tahun...

Proses Hadirnya Islam dalam Masyarakat Nusantara (05)

Interaksi Islam dengan Kerajaan Majapahit                        Kerajaan Majapahit yang beribukota di Trowulan telah mempunyai kota-kota pelabuhan seperti Tuban, Gresik, Sedayu, Jaratan, Canggu di wilayah pantai utara Jawa Timur. Gambaran dari kota-kota tersebut   dapat diamati dalam literatur-literatur berbahasa Jawa, seperti Nagarakertagama dan Pararaton. Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan maritim-agraris mengembangkan perdagangan internasionalnya dengan disokong oleh dua sungai besar, yaitu Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo. Kedua sungai tersebut berfungsi sebagai jalur perairan utama untuk mengirim semua jenis komoditas dari daerah pedalaman ke kota-kota pelabuhan, diantara komoditas ekspor yaitu beras yang diekspor ke Maluku dan Tiongkok, Lada dari Pacitan juga dikirim ke Tiongkok., serta komoditas lainnya yang   dibawa melalui Tuban seperti garam,rempah-rempah,mutiara,kulit penyu,emas,per...