Langsung ke konten utama

Wali Allah yang Ahli Sedekah


               






               Suatu malam abah bercerita pada para santrinya, dengan nada yang tenang dan dalam. Abah bercerita tentang seorang Wali Allah yang hidup di daerah Jawa Tengah.  Sang Wali tersebut dalam kesehariannya tampak seperti orang umum kebanyakan dan tidak kaya. Saya pribadi mendengarkan cerita tersebut semakin tertarik dan saat itu posisi duduk saya kebetulan berada di samping abah langsung, sehingga cerita yang mengandung narasi kewalian tersebut begitu melekat dalam benak saya.


            Dan setelah saya mendengar lebih jauh terkait kehidupan Sang Wali, ternyata Sang Wali mempunyai amalan rutin yang selama ini dirahasiakan dari masyarakat luas yaitu bersedekah di tiap malam, dengan cara mendatangi  rumah-rumah yang ada di sekitarnya, lalu menyelipkan uang ke bagian bawah pintu rumah. Amalan ini terus dilakukan secara istiqomah oleh Sang Wali hingga akhirnya Sang Wali wafat. Lantas semenjak Sang Wali wafat, masyarakat sekitar mulai menduga bahwa selama ini yang menyelipkan uang di bawah pintu rumah mereka adalah Sang Wali tersebut. Dugaan itu muncul secara ilmiah karena pasca wafatnya Sang Wali, tidak ada lagi uang yang biasanya muncul di bawah pintu rumah.  


          
        Masyarakat turut merasa kehilangan atas wafatnya Sang Wali tersebut, dan sebenarnya masyarakat baru mengerti bahwa yang wafat itu adalah seorang Wali Allah karena kedatangan para tamu yang bertakziyah ternyata  kalangan kyai-kyai berpengaruh, dan diantara yang turut bertakziyah adalah Almarhum KH Abdul Hamid, Pasuruan.  Menurut Almarhum KH Abdul Hamid, beliau saat itu melihat cahaya terang dari suatu tempat ketika sedang proses perjalanan di daerah Jawa Tengah, akhirnya KH Abdul Hamid berniat untuk mencari sumber cahaya terang tersebut, setelah ditemukan ternyata berasal dari Sang Wali yang baru saja wafat.


            Diakhir cerita tentang Sang Wali, para santri akhirnya termenung dalam pemaknaan masing-masing. Penuh hikmah, dan tampaknya itu cara Abah menasehati kami.



Maturnuwun ,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kandangan : Nama dan Asal-Usulnya

              Kandangan merupakan sebuah kelurahan atau desa yang berada di Kecamatan Benowo, Surabaya. Kandangan   secara   wilayah   berbatasan dengan Klakahrejo (barat), Banjarsugihan (timur),   Tambak Langon (utara),   Bringin (selatan). Kandangan secara administrasi daerah mempunyai 7 Ketua RW, 41 Ketua RT, lalu lahan yang ada di Kandangan selain digunakan untuk kawasan pemukiman warga juga dipakai untuk sekolahan, pasar, perkantoran, dan sebagiannya lagi berwujud tambak serta persawahan. Kandangan sebagai bagian dari wilayah Kota Surabaya mempunyai jejak-jejak sejarah yang patut untuk kita ketahui, dan   kita berharap masyarakat Kandangan tetap mampu menjaga identitasnya dengan terus merawat cerita-cerita leluhur yang disampaikan dari generasi ke generasi, serta melestarikan peninggalan-peninggalan arkeologi/ sejarah yang selama ini ada di tengah masyarakat. Nama Kandangan Berdasarkan riwayat sejarah yang di...

Ketika Para Nabi, Menyendiri

                 Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin giat untuk melakukan ikhtila’ (menyendiri) di Gua Hira, saat usianya semakin mendekati empat puluh tahun. Allah ’Azza wa Jalla sengaja menumbuhkan pada diri Nabi rasa bahagia dalam menjalani aktivitas menyendiri yang sering kali dijalankan   hingga beberapa malam. Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam dalam dimensi ikhtila’ nya berusaha untuk menajamkan alam spiritual dan intelektual demi memahami tentang realitas sosial dan kebudayaan yang berkembang di masyarakatnya, serta menapaki hakikat terdalam dari lintasan-lintasan rohani yang semakin memuncak dalam batinnya.             Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam akhirnya mencapai puncak spiritualitas saat suatu hari Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu dan berkata, “Bacalah..”, Nabi menjawab, “ Aku tidak dapat membaca..”, Mala...