Ikatan Ekonomi,
Masyarakat, dan Keluarga
Faktor
lain yang menjadi sebab Islam mampu
berkembang sejak abad ke -7 yaitu
adanya jalur perdagangan laut yang saling terhubung antara timur dan
barat asia. , terutama pasca kemunculan dan perkembangan tiga dinasti kuat,
yaitu Kekhalifahan Umayyah (660-749 M) di Asia Barat, Dinasti Tang (618-907 M)
di Asia Timur dan Kerajaan Sriwijaya (7-14 M) di Asia Tenggara. Kekhalifahan
Umayyah saat itu dikenal agresif karena wilayah penaklukannya yang begitu
besar. Mulai dari wilayah Eropa, Afrika hingga Asia. Keadaan tersebut membuat
jangkauan perdagangan dan dakwah Islam menjadi lebih luas, termasuk meliputi
kawasan Nusantara.
Pedagang muslim yang datang ke pusat
perdagangan di wilayah-wilayah Melayu
kemungkinan besar juga tak bisa langsung kembali. Mereka menunggu
barangnya sampai habis terjual dan menanti musim agar bisa berlayar kembali.
Karena itu akhirnya mereka menetap dalam
waktu berbulan-bulan sebelum mereka bisa berangkat. Biasanya mereka
tinggal berkelompok di perkampungan dekat pelabuhan kota. Perkampungan jenis
ini sering disebut “Pakojan” yang berarti sebuah kampung pedagang muslim yang
datang dari Arab, Persia, India, Tamil, dengan adanya perkampungan kaum muslim
membuat dakwah Islam menjadi lebih dekat
dan membumi. Masyarakat lokal makin mengenal Islam selain dari interaksi dagang
juga melalui jalinan pernikahan
antara pedagang muslim dengan penduduk lokal sehingga terbentuklah keluarga-keluarga muslim yang bisa menjadi
landasan untuk pengembangan dakwah di tengah masyarakat.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi,
pedagang muslim juga mempunyai status yang tinggi di tengah masyarakat lokal.
Karena itu para bangsawan dan raja lebih menginginkan pernikahan antara putri
mereka dengan pedagang muslim. Pernikahan silang seperti itu memang sering
terjadi. Dalam Babad Tanah Jawi dijelaskan bahwa adanya pernikahan antara putri
Campa dan Raja Majapahit, Brawijaya, disebutkan pula Maulana Ishak menikahi
putri Raja Blambangan yang kemudian melahirkan Sunan Giri, serta pernikahan
antara Sunan Ampel dengan Nyai Gede Manila , putri Tumenggung Wilwatika
(Majapahit). Babad Cirebon juga
menyebutkan pernikahan antara Sunan Gunung Jati dengan Putri Kawung Anten, dan
Sejarah Tuban menceritakan pernikahan putri Raden Ayu Teja, beliau putri dari
Aria Ikara dari Tuban, dengan orang Arab bernama Syekh Ngabdurrahman yang
akhirnya memiliki seorang putra bernama Syekh Jali. Pernikahan ikut
memperlancar proses islamisasi hingga akhirnya memunculkanl negeri-negeri
Islam.
......
Wildan Taufiqur Rahman
(Pengamat Sejarah Islam)
Komentar
Posting Komentar